Wednesday, November 30, 2011


Stratifikasi/pelapisan  sosial menurut :
1.   Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
2.   Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
3.   Max weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
1.   Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.
2.   Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3.]Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
4.]Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

Contoh-contoh masalah pelapisan social pada masyarakat dunia
Pada masyarakat yang bertaraf budaya masih bersahaja pun lapisan social sudah ada, hal ini dapat kita lihat mula-mula di dasarkan pada pemimpin dengan yang di pimpin, golongan budak dan bukan budak, begitu juga dengan pembagian kerja serta perbedaan berdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan semakin maju teknologi masyarakat, semakin kompleks pula system lapisan masyarakat.
Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga itu dalam jumlah banyak, di anggap oleh masyarakat berkedudukan dalam lapisan atas, mereka yang hanya memiliki sedikit sekali atau sama sekali tidak memiliki sesuatu yang sangat berharga tersebut dalam pandangan masyarakat, mempunyai kedudukan yang rendah.
Contoh: bila kita sebagai mahasiswa bertemu dengan seorang Profesor, maka kita akan menempatkan diri lebih rendah dari professor itu dalam bidang ilmu pengetahuan misalnya. Bisa saja bukan dalam bidang itu saja, boleh jadi dalam bidang kekayaan, pengalaman dan lain-lain
Begitu juga kalau kita bertemu dengan seorang ABRI, secara tidak langsung kita telah menggolongkan atau mendefinisikan diri kita sebagai orang yang lemah dibanding dengan ABRI tersebut. Dalam 2 contoh tersebut belum tentu demikian, bahwa professor lebih pandai dalam segala hal daripada kita, lebih berpengalaman atau lebih kaya, atau si ABRI lebih kuat dari kita.
Dari dua kasus tersebut dapat dikatakan bahwa stratifikasi itu erat kaitannya dengan diri seseorang secara subjektif. Dalam arti bahwa stratifikasi tersebut menyatu dengan diri individu dan bukan berada di luar individu
Contoh pada lapisan bersusun : antara si kaya pada lapisan atas sedangkan miskin pada lapisan bawah , orang yang berpendidikan tinggi berada pada lapisan atas sedangkan orang yang tidak sekolah berada pada lapisan bawah

Sumber : 

No comments:

Post a Comment